Siang itu dia hanya tidur malas-malasan di dalam kamarnya. Entah apa
yang sedang dia pikirkan saat ini. Seperti ada sesuatu yang mengganggu
pikirannya. Sehingga dia terlihat begitu gelisah. Padalah tak biasanya
dia seperti itu. Yah, Kevin menang dikenal sebagai remaja yang selalu
riang dan ramah terhadap siapapun. Tapi sikapnya kali ini tampak
terlihat sangat berbeda.
Akhirnya dia mengambil handphonenya yang tergeletak di atas bantal
tempat tidurnya. Lalu dia menghubungi seseorang entah siapa. Dan dia
berbicara dengan seseorang di seberang sana. “Iya. Nanti aku jemput di
rumah kamu jam tujuh ya. Jangan lupa jam tujuh. Iya, iya. Oh nggak usah
aku jemput? Oke deh” Itulah kata-katanya dengan seseorang melalui
handphonenya.
Dia segera bangkit dari tempat tidurnya dan pergi ke suatu tempat
dengan motor kesayangannya. Ternyata dia pergi ke toko bunga. Dia
membeli sekumtum mawar merah. Dia tampak senang sekali. Entah siapa yang
akan menerima bunga itu.
Sampai di rumah dia bergegas ke kamar mandi dan mandi. Lalu berdandan.
Mamanya heran dengan sikap putra semata wayangnya ini. Tak biasanya
Kevin berdandan seperti ini. Sehingga dia nampak terlihat lebih tampan.
Memang dari awalnya Kevin sudah tampan. Apalagi kalau berpenampilan
seperti sekarang ini. Dia lebih pantas disebut pangeran.
“Kevin, kamu mau kemana? Tak biasanya kamu berpenampilan seperti ini.
Jangan-jangan kamu mau kencan dengan seseorang ya? Wah, anak Mama sudah
mulai mengenal cewek. Jangan lupa kenalkan pada Mama ya!” kata Mama
sambil memandangi Kevin.
“Mama ini apa-apaan sih? Kevin belum punya pacar, Ma. Kevin cuma mau ke
rumah temen Kevin. Apa salah kalau Kevin berpenampilan seperti ini?
Bukankan sebelumnya Mama yang menyarankan Kevin untuk berpenampilan
seperti ini?” kata Kevin sambil berhenti merapikan rambutnya dan sejenak
memandang mata Mamanya keheranan.
“Iya. Tapi kamu sudah besar. Sebentar lagi udah mau jadi mahasiswa. Masa
kamu nggak mau pacaran atau mengenalkan seseorang pada Mama dan Papamu
sih. Mama juga pengen kenal sama cewek yang udah merebut hati anak Mama
tersayang ini,” kata Mama sambil membelai rambut anak kesayangannya lalu
mencubit kedua pipi Kevin. Sehingga merahlah pipi Kevin dan dia hanya
meringis menerima perlakuan Mamanya.
“Mama tahu sendiri kan, besok Kevin harus berangkat ke Paris untuk
kuliah di sana? Kevin nggak mau pacar Kevin nanti kecewa dengan
keberangkatan Kevin. Apalagi Kevin ke Paris bukan untuk waktu yang
sebentar. Kevin di sana untuk tujuh tahun dan beberapa tahun sekali
Kevin pulang ke Indonesia, Ma. Itu bukan hal mudah bagi Kevin dan pacar
Kevin nanti untuk mempertahankan hubungan yang terpisah jarak dan waktu.
Mungkin nanti kalau Kevin sudah menyelesaikan studi di Paris, Kevin
akan mengenalkan seseorang pada Mama,” ucap Kevin sambil memegang tangan
Mamanya dan menatap mata Mamanya dengan tatapan kasih sayang.
“Iya, sayang. Mama tahu. Mama serahkan semua padamu. Mama tahu kamu bisa
menemukan jalan yang terbaik untuk dirimu sendiri. Mama akan selalu
mendukung semua keputusanmu. Karena Mama sayang sama kamu,” kata Mama
sambil meneteskan air mata. Lalu Kevin menghapus air mata Mamanya itu.
Dia tak ingin melihat ada setetes air matapun yang keluar dari mata
Mamanya itu.
Setelah sampai di tempat yang dia tuju, Kevin masuk ke tempat
tersebut. Dan nampaknya dia mencari seseorang. Dia celingukan kesana
kemari. Dia tersenyum saat ada seseorang yang melambaikan tangannya pada
Kevin. Lalu Kevin segera menghampiri wanita yang tadi melembaikan
tangannya. Mereka saling tersenyum dan sapa-menyapa.
Ternyata wanita itu adalah Lisa. Yah, sudah lama Kevin memendam
perasaannya pada Lisa. Sejak SMP mereka selalu satu sekolah. Dan mereka
terlihat sangat akrab. Kemana pun mereka selalu berdua. Tak salah kalau
orang-orang beranggapan kalau mereka berpacaran. Padahal tidak seperti
itu pada kenyataannya.
“Kevin, ada apa kamu mengajakku ke sini? Biasanya kamu datang ke
rumahku. Tumben kamu ngajak aku keluar rumah,” kata Lisa sambil terus
tersenyum manis pada Kevin. Senyum itulah yang selalu dirindukan Kevin.
Dan sebentar lagi, dia akan kehilangan senyum manis dari bibir wanita
yang sangat dikaguminya. Mungkin bukan hanya sekedar mengagumi.
“Aku mau bilang sesuatu padamu. Kamu tahu kan besok aku udah berangkat
ke Paris untuk melanjutkan pendidikanku di sana. Aku ingin kamu
mengetahui rahasia yang udah lama aku pendam dalam-dalam. Rahasia yang
selalu membuat aku bersemangat. Dan terkadang rahasia yang membuat aku
merasa akan kehilangan seseorang yang sangat aku cintai. Aku rasa ini
waktu yang tepat untuk aku mengatakan rahasia itu padamu,” kata Kevin
sambil menatap dalam mata Lisa. Mata yang selalu membuatnya bahagia.
“Rahasia? Katakan saja apa yang ingin kau katakan, Kevin. Apapun itu aku
akan selalu siap mendengarkannya. Janganlah ragu untuk mengatakannya.
Aku bukan orang lain lagi bagimu. Kita udah seperti saudara kandung.
Katakan saja!” ucap Lisa. Dia sangat terlihat tulus pada Kevin.
“Lis, aku cinta sama kamu. Udah lama aku memendam rasa cinta padamu.
Sejak pertama kita bertemu dan berkenalan. Aku ingin kamu tahu ini
sebelum aku pergi ke Paris. Aku nggak menuntut kamu untuk jadi pacarku.
Tapi setidaknya aku udah mengungkapkan rahasia yang besar ini. Dan kini
kamu udah tau bagaimana perasaanku kepadamu,” kata Kevin sambil
menggenggam erat tangan Lisa. Seolah dia tak ingin melepaskan barang
sedetik pun. Matanya mulai berkaca-kaca ketika dia menatap mata Lisa.
Lalu Kevin memberikan bunga mawar yang tadi dibelinya. Lisa menerimanya
dengan senyumnya dan mencium wangi dari bunga itu.
“Kevin, a… aku nggak menyangka kamu mempunyai perasaan yang sama
kepadaku. Ternyata cintaku kepadamu bukan cinta yang bertepuk sebelah
tangan. Aku bahagia. Sekarang aku tahu orang yang aku cintai pun
mencintaiku. Aku juga mencintaimu, Kevin.” Kata Lisa sambil membalas
genggaman Kevin dengan eratnya. Seolah mereka tak ingin dipisahkan. Mata
keduanya saling meneteskan air mata haru. Air mata bahagia karena
mereka telah mengungkapkan perasaan masing-masing.
Sejak malam itu mereka resmi menjalin hubungan. Kevin terlihat
bertambah gelisah kala dia mengingat kepergiannya esok hari untuk meraih
mimpi-mimpinya. Hatinya berkata dia tak mau meninggalkan Lisa dan kedua
orangtuanya. Namun mimpinya begitu besar untuk ke Paris.
Pagi harinya, Kevin bersama kedua orangtuanya serta Lisa yang kini
telah menjadi pacarnya berada di bandara. Mereka ke bandara untuk
mengantar kepergian Kevin ke Paris. Dengan sangat berat hati Kevin harus
meninggalkan orang-orang tercintanya demi mimpi besarnya. Begitu pula
Lisa. Dia sangat menyayangkan keberangkatan Kevin. Namun dia juga harus
mendukung impian kekasihnya itu. Kekasih yang amat sangat dia cintai
itu.
Tak dirasa setetes air mata menjatuhkan diri di pipi gadis ini. Dia
tak ingin berpisah dengan kekahisnya untuk waktu yang lama. Namun dia
tak bisa berbuat apa-apa. Dengan tengan lembutnya, Kevin menghapus air
mata yang mengalir dari pipi gadis cantik itu.
“Lisa, ijinkan aku pergi untuk sementara waktu. Aku berjanji padamu
suatu hari nanti aku akan pulang padamu. Pulang dengan gelar baruku yang
akan aku peroleh di Paris nanti. Dan berjanjilah untuk tetap
menungguku. Menunggu kedatanganku untukmu. Jangan sia-siakan air matamu
itu hanya untuk perpisahan sementara ini. Aku yakin Tuhan akan
mempertemukan kita lagi. Aku berjanji,” ucap Kevin. Dia menggenggam
tangan kekasihnya itu. Lalu membelai rambutnya dengan penuh kasih
sayang.
“Aku dan cintaku akan selalu menunggu di sini untukmu. Aku bejanji untuk
selalu menjaga kepercayaanmu padaku. Pulanglah untukku dan cinta kita.
Dan ingatlah bahwa aku akan selalu menunggumu dan mencintaimu.
Percayalah cintaku tidak terhalang oleh ruang dan waktu. Cintaku ada di
sini. Di hatimu. Dan akan kau bawa kemanapun kamu pergi,” kata Lisa
sambil menunjuk dada kekasihnya itu.
Pesawat pun mulai membawa Kevin pergi dari tempat yang memberinya
banyak cerita bahagia dan haru. Membawa Kevin ke tempat dimana mimpinya
akan terwujud. Tempat dimana tiada seorang pun yang mampu merebut
cintanya pada Lisa dan keluarganya di Indonesia. Karena banyak cerita
yang telah terukir diantara mereka. Yang membuat Kevin semakin
merindukan mereka.
Sudah empat tahun lamanya Kevin meninggalkan Lisa beserta kedua
orangtuanya yang amat sangat dia cintai itu. Dan hari itu, Kevin akan
pulang ke Indonesia untuk mengisi libur panjangnya sebelum masuk kuliah
lagi. Dia sangat tidak sabar untuk bertemu Lisa dan Orangtuanya.
Sampai di bandara, Kevin disambut Lisa dan kedua orangtuanya. Mereka
tersenyum pada Kevin yang melangkah mendekati tempat mereka berdiri.
Mereka saling melepas kerinduan setelah empat tahun terpisah. Meluapkan
semua rasa rindu yang lama telah terpendam di antara mereka
Itu malam terakhir Kevin di Indonesia. Esok hari dia akan kembali
lagi ke Paris untuk melanjutkan studinya. Malam terakhir itu Kevin
mengajak Lisa kencan. Persis di tempat saat keduanya mengungkapkan
perasaan masing-masing empat tahun yang lalu. Dan sebentar lagi mereka
harus terpisah untuk tiga tahun kedepan sebelum Kevin pulang untuk
cintanya pada Lisa.
Mereka terlihat sangat bahagia malam itu. Seolah dunia ini milik
mereka berdua. Mereka bergandengan sangat erat. Seolah tak ingin
terpisah barang sedetikpun. Tak lepasnya bibir keduanya memancarkan
senyum kebahagiaan. Dan sesekali keduanya saling berpandangan. Dan tak
bosan-bosannya mulut Kevin melontarkan kata-kata pujian pada kekasihnya
itu.
“Kevin, apa yang kamu rasakan saat berada jauh dari aku dan kedua
orangtuamu? Tidakkah kamu merasa rindu pada kami di sini yang selalu
menunggu dan berdoa kamu akan baik-baik saja di sana?” Tanya Lisa.
“Manusia macam apa yang tidak rindu kala berada jauh dari orang-orang
tercintanya? Perasaan rindu dan cemas pada seseorang yang kita sayangi
itu sangat manisuawi. Mimpiku terlalu berharga jika harus dibiarkan
begitu saja. Dan cintaku pada kalian terlalu besar untuk dihapus begitu
saja. Setiap detik aku merindukan kamu dan orangtuaku. Namun aku tak
bisa berbuat apa melainkan tetap mengejar mimpi dan menyelesaikan
studiku di sana. Sehari di sana terasa setahun tanpa seorang pun yang
aku sayangi. Namun, aku selalu yakin bahwa Tuhan akan mempertemukan kita
lagi suatu saat,” kata Kevin.
“Terimakasih, Kevin. Kamu bisa mempertahankan hubungan kita walau
terpisah oleh samudera luas yang menghampar di antara kita. Ingatkah kau
akan perkataanku bahwa cintaku ada di sini. Di hatimu. Dan akan kau
bawa kemanapun kamu pergi. Begitu pula denganku. Aku meletakkan semua
cintamu dalam hatiku. Agar kamu selalu teringat olehku. Saat aku sedih
aku merindukanmu, saat aku sendiri aku merindukanmu. Namun aku sangat
merindukanmu saat aku bahagia dan tertawa. Sering aku memejamkan mataku
dan berharap saat aku membuka mataku kamu telah berasa di sampingku
dengan senyummu itu” kata Lisa.
“Percayalah Lisa. Kita bisa melewati waktu tiga tahun kedepan. Setelah
itu aku berjanji akan membahagiakanmu. Dan aku berjanji tidak akan
meninggalkanmu lagi. Takkan kubiarkan setetes air matamu yang melintas
di pipimu. Aku amat sangat mencintaimu. Bahkan lebih dari nyawaku. Nyawa
dan hidupku lebih berarti jika kamu menjadi miliku dan nyawaku menjadi
milikmu. Yakinilah jika kamu ini adalah cinta pertama dan terakhirku.
Tuhan menciptakanku hanya untukmu. Untuk menjaga, melindungi dan
merawatmu. Dan jangan pernah berpikir aku akan berpaling darimu.
Percayalah hanya bersamamu aku akan mengabiskan hari tuaku nanti. Aku
akan menjadi kakek dan kamu menjadi nenek dari cucu-cucuk kita nanti”
“Iya Kevin. Aku percaya semua akan baik-baik saja. Tapi tiga tahun itu
bukan waktu yang sebentar. Akankah hubungan kita bisa bertahan selama
itu dengan jarak yang memisahkan kita? Aku ragu Kevin. Dalam sehari saja
bisa banyak terjadi hal buruk dalam hubungan kita ini. Apalagi dalam
waktu tiga tahun kedepan” kata Lisa meragu.
“Lisa, hubungan kita akan baik-baik saja. Aku yakin bahwa kau lah tempat
terakhirku. Kita bisa terpisah selama empat tahun. Kenapa tidak untuk
tiga tahun kedepan? Kuatkan hatimu. Percayalah aku akan datang untuk
kembali padamu. Karenamu lah aku tetap bertahan sampai sejauh ini. Aku
pergi sementara pun untuk masa depan kita nanti. Kita udah bukan anak
kecil lagi yang harus selalu bersama dan berdampingan. Demi cinta kita,
aku relakan hatiku tinggal di sini bersamamu. Dan demi kamu aku akan
kembali dalam waktu empat tahun lagi. Dan setelah itu tidak ada yang
bisa memisahkan kita lagi selain maut,” kata Kevin meyakinkan keraguan
hati Lisa. Padahal dia sendiri ragu kalau hubungannya akan bertahan
selama itu. Namun dia mencoba yakin di depan Lisa. Agar tak ada
kekecewaan yang terbersit di hati kekasihnya yang amat dia sayangi itu.
Pagi itu Kevin berangkat lagi ke Paris untuk melanjutkan studinya
karena masa liburannya telah hampir usai. Dari jendela pesawat, Kevin
terus memperhatikan wajah kekasihnya yang makin lama makin nampak kabur
dan menghilang dalam sekejap mata. Sementara Lisa dan kedua orangtua
Kevin terus melambaikan tangan dan tersenyum manis untuk Kevin. Lisa
mencoba tersenyum walau berat untuknya. Karena hatinya merasa akan
kehilangan Kevin untuk selama-lamanya.
Lisa mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk percaya kata-kata Kevin
yang semalam. Bahwa Kevin akan kembali untuknya dan membahagiakannya
dan dia akan menjadi nenek dari cucu-cucunya bersama Kevin. Dalam hati,
dia merasa ada firasat buruk yang akan terjadi pada kekasihnya yang
telah dianggap tempat terakhir melabuhkan hatinya nanti.
Namun Lisa tetap berusaha yakin dan berdoa bahwa kekasihnya akan pulang
dengan selamat dan akan membahagiakannya. Seperti janji-janji Kevin
kepadanya. Lisa teringat saat Kevin berjanji padanya. Berjanji akan
pulang untuknya yang selalu menunggu. Dan terlintas kegelisahan di hati
Lisa. Hatinya tak bisa tenang seperti saat bersama Kevin. Karena hanya
Kevinlah yang membuatnya tenang dan aman.
Tanpa disadarinya, Lisa langsung tertidur. Tidur yang lelap dan
bermimpilah tentang Kevin. Dalam tidurnya dia bermimpi Kevin. Namun
akan menjadi mimpi buruk baginya. Dia bermimpi Kevin pulang dengan
seorang wanita bule yang digandengnya. Mereka sangat terlihat mesra.
Saat mereka melewati Lisa, Kevin seperti tidak mengenalinya. Malahan
Kevin semakin nampak menggandeng erat wanita bule itu.
Lisa terbangun dari mimpinya itu. Dan dia segera mengirim e-mail
kepada kekasihnya dan dia bercerita tentang mimpi yang baru dialaminya
itu. Dia khawatir terhadap Kevin. Dia sangat bingung dengan mimpinya
barusan. Dia tidak ingin mimpi itu menjadi nyata. Dia bertanya dalam
hati apakah Kevin masih menyayanginya atau dia udah memiliki dambaan
hati lain yang dia temui di Kota Paris itu? Namun tak dapat dia
menjawabnya.
Waktu berjalan begitu cepat. Hari itu Kevin akan pulang. Dia telah
selesai dengan urusan studinya di Paris. Lisa dan kedua orangtua Kevin
telah menunggu di bandara tempat pesawat Kevin turun landas nanti.
Mereka nampak bahagia dan sesekali tersenyum karena akan bertemu dengan
orang yang mereka sayangi dan mereka nanti-nantikan
Tiba-tiba datang seorang pegawai bandara menghampiri ketiganya dengan
raut wajah kekecewaan. Dan dia berkata “Maaf, apakah anda keluarga
Kevin yang baru saja melakukan penerbangan dari Paris?”
“Iya, kami keluarganya. Ada apa ya?” tanya Papa Kevin.
“Pesawat yang ditumpangi putra anda telah mengalami kecelakaan di
samudera Hindia. Bisa dipastikan semua penumpang dan awak pesawat telah
tewas dan tenggelam dalam lautan yang luas. Kami mohom maaf,” kata
petugas tersebut dan langsung pergi berlalu.
Semua terkejut dan menangis sejadi-jadinya. Lisa sampai terjatuh
karena tak dapat menahan tubuhnya. Dia tak dapat berdiri dan hanya bisa
menangis dan berteriak memanggil nama kekasihnya yang telah pergi itu.
Kekasih yang telah tujuh tahun ditunggunya kini telah meninggalkannya
untuk selama-lamanya. Meninggalkannya dengan cintanya yang tidak pernah
berkurang sedikit pun.
Dia merasa semua impiannya untuk hidup bersama Kevin telah kandas.
Hidup bersama seseorang yang amat sangat dia sayangi itu hanya akan
menjadi mimpi yang mustahil untuk diwujudkan. Dalam lamunannya dia
selalu memanggil nama kekasihnya. Berharap kekasihnya datang dan
menjemputnya untuk ke tempat yang abadi.
“Kevin, bawalah aku serta dalam perjalananmu menghadap Sang Pencipta.
Manakan janjimu yang kamu ucapkan padaku? Kenapa kamu malah pergi saat
aku membutuhkanmu? Aku telah lelah menunggumu. Menunggumu untuk datang
padaku. Kamu telah berjanji akan kembali padaku. Dan kita akan menjadi
kakek dan nenek dari cucu-cucu kita nanti. Semua itu terlalu indah untuk
diingkari. Bawa aku pergi Kevin,” kata Lisa dalam hati.
Lalu dia tertidur dalam kamarnya yang menjadi saksi kesedihannya saat
kehilangan dan merindukan Kevin yang telah pergi itu. Dia berharap kala
dia membuka mata nanti, semua akan kembali seperti biasa. Kevin berada
di sampingnya dan tersenyum untuknya. Serta membelai rambutnya dan
mengatakan bahwa Kevin mencintainya.
Namun Lisa tak dapat lagi terbangun. Sukmanya telah pergi bersama
Kevin menuju hadapan Sang Ilahi. Hingga pagi dan seterusnya dia tak
dapat terbangun lagi dan terlelaplah dia untuk selamanya. Kini
perjuangannya menunggu Kevin telah berakhir. Dan inilah puncaknya. Cinta
Kevinlah yang membuatnya kuat selama tujuh tahun ini. Hingga akhirnya
dia pergi menyusul kekasihnya untuk selamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar